Tumbuhan Tapak Dara Untuk Penderita Kanker

Tumbuhan Tapak Dara Untuk Penderita Kanker

Pengetahuan dalam menggunakan bahan alam sebagai obat tradisional telah diwariskan secara turun-temurun. Tidak menutup kemungkinan berbagai jenis tanaman mengandung bahan yang berguna dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup manusia. Salah satu temuan manfaat tumbuhan yang mengejutkan para peneliti berasal dari Catharanthus roseus (L.), di Inggris dikenal dengan sebutan periwinkle Madagaskar sedangkan di Indonesia biasa disebut tapak dara.

Tapak dara adalah tumbuhan yang berasal dari Madagaskar tetapi telah menyebar ke berbagai daerah tropis lainnya. Bunganya yang menarik telah menjadikan tumbuhan ini tanaman hias yang populer di taman maupun rumah masyarakat. Di awal abad ke-20, setelah penemuan insulin bagi penderita diabetes, berbagai kalangan peneliti mencari bahan senyawa lain yang lebih efektif dibandingkan dengan insulin termasuk tumbuhan tapak dara.(1,2)

Gambar 1. Catharanthus roseus (L.)

Dua tim peneliti yang berasal dari sebuah perusahaan farmasi bersama Dr Robert Noble dari University of Western Ontario secara independen mulai menguji efek biologis dari ekstrak tumbuhan tapak dara, dengan harapan untuk mengidentifikasi kemungkinan tumbuhan tersebut dijadikan sebagai obat baru untuk penderita diabetes. Hasil penelitian menunjukan ekstrak tumbuhan tidak terlalu efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus. Namun, kabar baiknya, mereka secara dramatis menurunkan jumlah sel darah putih dalam darah tikus.(1–3)

Seperti yang diketahui, beberapa jenis kanker seperti leukemia melibatkan pertumbuhan sel darah putih yang tak terkendali, para peneliti segera menyadari bahwa ekstrak dari tumbuhan tapak dara memiliki bahan kimia yang berpotensi melawan kanker. Penelitian tersebut menghasilkan kolaborasi yang mengarah pada identifikasi dan pengembangan dari ekstrak tumbuhan tapak dara berupa senyawa vinblastine dan vincristine.

Pada tahun 1960-an, penggunaan vinblastine dan juga vincristine telah disetujui oleh Food and Drug Administration AS (FDA) sebagai agen kemoterapi untuk pengobatan beberapa jenis kanker. Vincristine, memiliki efek yang dapat menghambat produksi dan pematangan leukosit (sel darah putih), telah berhasil digunakan untuk pengobatan leukemia limfoblastik akut pada anak dan limfoma non-Hodgkin. Di sisi lain, vinblastine berpotensi untuk menghambat pembelahan sel yang digunakan dalam kombinasi dengan obat kemoterapi lain untuk melawan kanker payudara, limfoma, testis, ovarium, kandung kemih dan paru-paru.

Struktur kimia vinblastine dan vincristine cukup kompleks dan mekanisme tanaman menghasilkan bahan kimia ini belum sepenuhnya dipahami. Walaupun demikian, vinblastine dan vincristine tetap digunakan pada pasien kanker dan berbagai penelitian terkait dengan proses tumbuhan tapak dara dalam menghasilkan senyawa vinblastine dan vincristine masih dikembangkan hingga saat ini.(3,4)

Referensi:

  1. Dobie M. The periwinkles of Madagascar | Newsday [Internet]. NewsDay. 2019 [cited 2021 Jun 29]. Available from: https://www.newsday.com/opinion/columnists/michael-dobie/un-report-extinction-rosy-periwinkle-madagascar-1.30901224
  2. Canadian Pioneers in Science: Robert Noble and Charles Beer, Co-Discoverers of Vinblastine, a Transformative Anti-Cancer Agent — Cyclica New 2021 [Internet]. CYCLICA. 2017 [cited 2021 Jun 29]. Available from: https://www.cyclicarx.com/special-perspectives/canadian-pioneers-in-science-robert-noble-and-charles-beer-co-discoverers-of-vinblastine-a-transformative-anti-cancer-agent
  3. Moudi M, Go R, Yien CYS, Nazre M. Vinca alkaloids [Internet]. Vol. 4, International Journal of Preventive Medicine. Wolters Kluwer — Medknow Publications; 2013 [cited 2021 Jun 29]. p. 1131–5. Available from: /pmc/articles/PMC3883245/
  4. Taher MA, Abu M, Nyeem B, Billah M. Vinca alkaloid- the second most used alkaloid for cancer treatment- A review. Int J Physiol Nutr Phys Educ. 2017;2(2):723–7.