Masihkah Anda Berani Mengatakan “Saya Perokok, Tapi Tetap Sehat Saja Tuh”

Masihkah Anda Berani Mengatakan “Saya Perokok, Tapi Tetap Sehat Saja Tuh”

Ketika ditanya, “Kenapa bapak atau ibu tidak berhenti merokok?” banyak orang merespon bahwa dirinya masih sehat-sehat saja setelah merokok. Mereka tidak memiliki rasa takut terkena keganasan seperti kanker paru atau kanker jenis lainnya. Padahal keganasan seperti kanker paru tidak menimbulkan gejala pada stadium atau tahap awal, kanker tersebut akan menimbulkan gejala setelah mencapai stadium lanjut seperti batuk yang tak kunjung hilang, hemoptisis atau batuk berdarah, nyeri dada, sesak nafas akibat efusi pleura, suara serak, efusi perikardia, dan gejala penyerta lainnya.1

Masyarakat seringkali baru mengetahui dirinya terkena kanker paru saat sudah timbul gejala dan sayangnya masyarakat tersebut sudah ada pada stadium lanjut. Jika kanker paru sudah ada pada tahap stadium lanjut maka akan lebih sulit disembuhkan dibandingkan dengan stadium awal karena kanker tersebut sudah menyebar dan menginfeksi jaringan yang ada di payudara, otak, hati, tulang, serta jaringan lainnya.1–3

Sesuai dengan data yang didapatkan dari Globocan pada tahun 2018, di Indonesia terdapat sebesar 26.095 kasus kematian akibat kanker paru setiap tahunnya serta terdapat 30.023 kasus baru yang merupakan kasus terbanyak di Asia Tenggara. Hal tersebut menandakan jumlah kasus kanker paru di Indonesia sangat besar serta menekankan kembali pentingnya untuk melakukan pencegahan baik dengan cara menghindari faktor risiko maupun skrining lebih awal.4

Sejauh ini merokok merupakan penyebab utama kanker paru. Sekitar 80% kematian akibat kanker paru disebabkan oleh merokok dan lainnya disebabkan oleh perokok pasif. Merokok jelas merupakan faktor risiko terkuat untuk kanker paru-paru, tetapi sering kali berinteraksi dengan faktor lainnya seperti genetik, pola hidup, serta lingkungan.5 Rokok mengandung banyak zat kimia seperti karbon monoksida, hidrogensianida atau asam sianida, volatile organic compound(senyawa organic yang mudah menguap) dan kandungan radikal bebas lainnya yang bersifat toksik. Jika paru-paru sering terpapar dengan radikal bebas dan zat kimia berbahaya maka akan dapat mempercepat kerusakan seluler maupun DNA sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan genetik yang berujung pada penyakit kanker. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut yaitu dengan berhenti merokok.6

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa berhenti merokok menurunkan risiko terkena 12 jenis kanker yaitu kanker paru, laring, rongga mulut dan faring, esofagus, pankreas, kandung kemih, lambung, usus besar dan rektum, hati, leher rahim, ginjal, serta leukemia myeloid akut (AML). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk berhenti merokok adalah dengan melakukan terapi penggantian nikotin atau Nicotine-Replacement Therapy (NRT). Terapi ini bekerja dengan cara melepaskan nikotin dalam kadar rendah secara terus-menerus ke dalam pembuluh darah. Unsur nikotin yang digunakan pada terapi ini tidak mengandung bahan kimia berbahaya seperti yang terdapat dalam rokok. Selain itu, terapi ini juga telah terbukti secara ilmiah membantu mengurangi kecenderungan untuk kembali merokok saat tubuh mulai merasakan hilangnya asupan nikotin.7 Dalam kurun waktu 10-20 tahun setelah berhenti merokok, maka risiko terkena kanker yang telah disebutkan akan berkurang hingga 50%.8 Jadi jangan remehkan kesehatan anda, mulailah untuk mencoba melakukan terapi ini (bagi perokok) untuk menurunkan risiko terkena kanker paru maupun kanker jenis lainnya di masa mendatang.

Referensi:

  1. Kementerian Kesehatan RI. Kanker Paru. Pandu Penatalaksanaan Kanker Paru [Internet]. 2019;125–43. Available from: http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKParu.pdf
  2. Aliyah N, Pranggono EH, Andriyoko B. Kanker Paru: Sebuah Kajian Singkat. Indones J Chest Emerg Med. 2016;4(1):28–32.
  3. Febriani A, Furqon A. Metastasis Kanker Paru. J Respirasi [Internet]. 2020;4(3):94. Available from: https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/download/14016/10076
  4. WHO. Indonesia Globocan 2020. 2020;858:1–2. Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
  5. American Cancer Society. What Causes Lung Cancer? 2019;1–14. Available from: https://www.cancer.org/cancer/lung-cancer/causes-risks-prevention/what-causes.html
  6. Ahyati SN, Oktaviyanti IK, Yuliana I. Hubungan Jenis Kelamin dan Riwayat Merokok dengan Mutasi Gen EGFR Kanker Paru Tipe Adenokarsinoma. J Homeost [Internet]. 2019;2(1):1–8. Available from: http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/hms/article/view/421/412
  7. Wadgave U, Nagesh L. Nicotine replacement therapy: An overview. Int J Heal Sci. 2016;10(3):425–35.
  8. Prevention C-C for DC and. Smoking and Cancer | Overviews of Diseases/Conditions | Tips From Former Smokers | CDC [Internet]. 2020 [cited 2020 Dec 29]. Available from: https://www.cdc.gov/tobacco/campaign/tips/diseases/cancer.html