Kalian mungkin sudah sering mendengar tentang leukemia, kanker ganas yang menyerang darah. Namun, sudahkan kalian tahu bahwa terdapat kanker yang disebut sebagai ‘Preleukemia’? Yuk simak informasinya di artikel ini!

Apa sih yang dimaksud dengan kanker preleukimia?

Myelodysplastic syndrome (MDS) atau juga dikenal sebagai preleukimia merupakan sekumpulan kondisi dimana tidak terjadi pematangan yang normal dari sel darah pada sumsum tulang.1  Sel-sel darah yang abnormal ini lama-kelamaan mengambil alih sumsum tulang, menurunkan jumlah sel darah merah pembawa oksigen, sel darah putih sebagai pertahanan imun tubuh, dan trombosit yang diperlukan untuk pembekuan darah. Myelodysplastic syndrome sendiri memang dianggap sebagai suatu jenis kanker, walaupun secara umum sedikit berbeda dengan keganasan lainnya.2 Sesuai julukannya, MDS seringkali bertransformasi lebih lanjut menjadi salah satu jenis leukemia (kanker sumsum tulang) yang disebut leukemia myeloid akut (LMA).2,3

Sekitar 4 dari 100.000 orang didiagnosis dengan MDS setiap tahunnya, dengan sebagian besar penderita berusia 70 tahun.3 Diagnosis ini biasanya didapatkan pada pasien lansia yang menunjukkan tanda-tanda anemia. Perjalanan penyakit dan prognosisnya bergantung erat dengan jenis dan tingkat keparahan MDS tersebut.1

Pada MDS stadium dini, tidak atau sedikit terdapat gejala yang signifikan, seringkali kondisi ini ditemukan dalam pemeriksaan darah rutin yang dapat menunjukkan jumlah sel-sel darah yang rendah tanpa munculnya gejala.1 Setelah beberapa waktu, dapat muncul gejala berupa kelelahan, kesulitan bernafas, mudah memar atau berdarah, serta sering mengalami infeksi. Beberapa gejala yang dapat muncul karena menurunnya jumlah sel darah:

  • Anemia (sel darah merah rendah atau hemoglobin berkurang): kelelahan berkepanjangan, kesulitan bernapas, menggigil, dan terkadang mengalami nyeri dada.
  • Neutropenia (neutrofil, salah satu jenis sel darah putih, rendah): meningkatknya kerentanan terkena infeksi.
  • Trombositopenia (trombosit rendah): peningkatan kerentanan muncul pendarahan dan memar.4

MDS, tidak seperti kanker lain yang prognosisnya (prediksi perjalanan penyakit) berdasarkan pada ukuran tumor dan penyebaran kanker, dinilai berdasarkan beberapa faktor yang berbeda karena posisinya yaitu pada sumsum tulang. Sistem penilaian International Prognostic Scoring System yang direvisi (IPSS-R) mendasarkan penentuan stadium MDS pada faktor-faktor berikut ini:

  • Persentase blast (sel darah yang belum matang) dalam sumsum tulang.
  • Jumlah sel darah merah dalam darah.
  • Jumlah trombosit dalam darah.
  • Jumlah neutrofil dalam darah.
  • Jenis dan jumlah kromosom abnormal yang dijumpai dalam sel.2

Masing-masing faktor kemudian diberikan sebuah nilai dengan nilai paling rendah melambangkan prognosis yang baik. Nilai tersebut kemudian membagi pasien menjadi beberapa kelompok risiko, yaitu risiko sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kelompok risiko ini sangat membantu untuk memutuskan pilihan terapi, memprediksi prognosis, dan juga kemungkinan berkembangnya MDS menjadi LMA.2

Meskipun penyebab pasti dari MDS belum diketahui, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi MDS:

  • Usia; sebagian besar kasus didapatkan pada lansia berumur 70 tahun ke atas.
  • Jenis kelamin; MDS lebih sering terjadi pada laki-laki.
  • Kelainan bawaan; misalnya Down syndrome, anemia Fanconi, atau riwayat keluarga yang juga penderita MDS
  • Riwayat pengobatan kanker; kemoterapi tertentu (khususnya seperti melphalan, cyclophosphamide, busulfan, dan chlorambucil) ataupun terapi radiasi dapat meningkatkan risiko MDS.
  • Paparan bahan kimia; paparan jangka panjang terhadap bahan kimia industri seperti benzene, pestisida, Agent Orange, logam berat seperti timbal dan air raksa, maupun beberapa produk minyak bumi tertentu dapat menyebabkan seseorang memiliki risiko lebih besar untuk terkena MDS. 1,2
  • Paparan radiasi; paparan radiasi tingkat tinggi seperti dari ledakan bom atom atau kecelakaan reaktor nuklir meningkatkan kemungkinan terjadinya MDS. 2,5

Dengan menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya MDS, kejadiannya pun dapat dicegah dan dalam jangka panjang hal ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya leukemia myeloid akut (LMA).

 

REFERENSI

  1. Myelodysplastic Syndromes Treatment (PDQ®)–Patient Version [Internet]. National Cancer Institute. 2020 [cited 9 October 2020]. Available from: https://www.cancer.gov/types/myeloproliferative/patient/myelodysplastic-treatment-pdq#section/all;
  2. Apakah Yang Dimaksud Dengan Sindrom Mielodisplasia (MDS)? | Parkway Cancer Centre Indonesia [Internet]. Parkway Cancer Centre Indonesia. 2020 [cited 9 October 2020]. Available from: https://id.parkwaycancercentre.com/informasi-kanker/jenis-kanker/apakah-yang-dimaksud-dengan-sindrom-mielodisplasia-mds/;
  3. de Swart L, Smith A, MacKenzie M, Symeonidis A, Neukirchen J, Mikulenková D, et al. Cytomorphology review of 100 newly diagnosed lower-risk MDS patients in the European LeukemiaNet MDS (EUMDS) registry reveals a high inter-observer concordance. Ann Hematol. 2017;
  4. Myelodysplastic Syndromes | Disease Information [Internet]. Lls.org. 2020 [cited 9 October 2020]. Available from: https://www.lls.org/disease-information/myelodysplastic-syndromes;
  5. Radivoyevitch T, Sachs RK, Gale RP, Molenaar RJ, Brenner DJ, Hill BT, et al. Defining AML and MDS second cancer risk dynamics after diagnoses of first cancers treated or not with radiation. Leukemia. 2016;